Workshop Mengenal Pasar modal Bersama Pemuda Perindo

Budayabangsabangsa.com – Jakarta, Jum’at 24/2/1017 Rendahnya jumlah investor yang masuk ke pasar modal di indonesia menjadi salah satu alasan diselenggarakannya workshop hari ini.  Pemuda Perindo bekerjasama dengan MNC Securities menggelar Workshop yang Bertajuk “Mengenal Pasar Modal” bertempat di Kantor DPP Partai Perindo Jalan Diponegoro No.29, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (23/2/2017). Menghadirkan dua narasumber, yakni Kemas Rumaiyar (Divisi Strategi Pengembangan Investor Bursa Efek Jakarta) dan Thomas Hadibowo (Head of Marketing Online Trading MNC Securities). Puluhan peserta ikut ambil bagian di acara ini terdiri dari mahasiswa dan umum.

Pukul 11 siang, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara kemudian dibuka oleh Ketua Pelaksana Wasekjen DPP Pemuda Perindo, Diska Resha Putra dilanjutkan dengan keynote speaker dari Wasekjen DPP Partai Perindo, Muhammad Amin.

Selepas itu, Kemas diberi kesempatan oleh Master of Ceremony untuk mempresentasikan materinya terkait pengenalan pasar modal. Menarik, karena Kemas bisa mengurai soal pasar modal dengan sederhana dan mudah di fahami.

Dia memulai penjelasannya dengan menunjukkan data terkait jumlah investor di Indonesia yang masih sangat minim, hanya sekitar 548 ribu saja dari 250 juta rakyat Indonesia. Jumlah yang sangat sedikit untuk sebuah negara sebesar Indonesia, kenapa begitu karena menurut Kemas, rata-rata masyarakat Indonesia masih memilih menaruh uangnya di bank ketimbang berinvestasi di pasar modal. Kenapa? selain tidak mengenal juga banyak masih banyak yang menganggap jika investasi di pasar modal adalah haram. Padahal kata Kemas, MUI sudah memberi fatwa halal bagi Pasar modal. Pasar modal masih kata Kemas seperti halnya bisnis konvensional lainnya prinsipnya sama, ibarat  Mall, Bursa efek indonesia adalah Mall-nya yang di dalamnya menjadi tempat bertemunya para penjual dan pembeli. Bedanya dengan bisnis konvensional hanya di produk yang diperjualbelikan saja, di pasar modal yang dijual adalah saham yang tidak berwujud. Seperti ilustrasi sederhana di bawah ini.

Bisnis bakso contohnya. Jika seseorang ingin berbisnis bakso dengan modal 4 juta sementara Orang ini tidak memiliki modal apa yang dia lakuka? dia akan mencari rekanan investor yang memiliki modal. Nah, bentuk kepemilikan usaha bakso bagi investor tersebut adalah saham. Anggaplah persaham bernilai 1 juta maka jumlah investor yang harus diajak adalah 4 orang yang masing-masing memiliki modal 1juta. Untuk saat ini, wujud saham tidak lagi berupa lembaran kertas namun dalam bentuk digital yang bisa saja diubah menjadi salinan kertas jika investor menginginkan. Inilah yang disalahfahami oleh sebagian masyarakat yang menganggap produk pasar modal (saham) tidak jelas karena tidak terlihat fisiknya.

Selain masalah keyakinan, masyarakat juga banyak yang salah kaprah dengan menganggap jika berinvestasi di pasar modal itu selain mahal juga beresiko tinggi serta tidak mudah liquid (ditarik uangnya) dan banyak lagi anggapan keliru lainnya. Menjawab itu, Kemas memberikan perbandingan dengan dunia perbankan. Apakah menaruh uang di bank aman? Aman dari jangkauan orang lain, ya memang betul tapi apakah uang kita akan aman dari sistem perbankan itu sendiri dengan potongan administrasi setiap bulannya. Kemudian pasar modal itu mahal, Kemas mengurai begini, kita bisa memiliki sebuah perusahaan besar hanya dengan modal ratusan ribu tidak lagi harus pusing membangun perusahaan baru, cukup dengan membeli saham perusahaan yang kita anggap layak.

2017-02-24-PHOTO-00000017

Misal, Harga perlembar saham adalah 5000 saja sementara satu lot (100 lembar saham) maka dengan 500 ribu kita sudah menjadi salah satu pemilik sebuah perusahaan. Soal liquid, saham yang kita miliki bisa sewaktu-waktu dijual sesuai kebutuhan dan tujuan kita berinvestasi. Uang yang didiamkan dalam bentuk saham untuk jangka panjang akan berpotensi berkembang bandingkan dengan misalnya kita menanung di Bank, bukannya bertambah malah sebaliknya berkurang.

Nah, Kemas pun menyimpulkan dengan mengatakan bahwa berinvestasi di pasar modal adalah legal dan halal serta lebih aman. Jika pun di dalam bisnis ini ditemukan praktik penyimpangan itu lebih soal prilaku masing-masing individu.

Seperti pusat perbelanjaan (Mall) yang di dalamnya terdapat beberapa toko yang menjual daging babi bukan berarti Mallnya haram begitu juga pasar modal kata Kemas memberikan ilustrasi sekaligus menutup sesi presentasinya.

Selepas itu, Thomas dari MNC Securities melanjutkan materi workshop berikutnya yang dominan membahas tekhnis membaca angka-angka yang tampil di layar dekstop Pasar Modal. Ia memperkenalkan istilah-istilah pasar modal seperti Bid, offer dan charting dan sebagainya.

Menjelang sore, kegiatan workshop pun selesai dan ditutup dengan sesi foto bersama peserta dengan para panitia. (Hatta)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*