Budayabangsabangsa.com – JAKARTA, Sejatinya penegakkan hukum menjadi skala prioritas di negeri ini, namun apa yang dialami oleh Gabriella Sharly sangatlah miris, pasalnya, sudah setahun lamanya Gabriella Sheryl Howard (9), murid SD kelas 3, tenggelam di kolam renang di Sekolah Global Sevilla School, Puri Indah, Jakarta Barat, tempat gadis cilik itu menimba ilmu. Namun, sang guru Ronaldo Laturette, yang sudah dijadikan tersangka oleh Polres Jakarta Barat hingga kini masih belum ditahan. Kasusnya pun masih belum disidangkan.
Sepertinya kasus ini terindikasi dipetieskan, kasus ini memunculkan kecurigaan dari orang tua korban Verayanti dan Asip, yang terus berusaha mencari keadilan agar sang guru, yang lalai saat mengajar olahraga renang hingga Gaby panggilan gadis itu tewas tenggelam. “Sampai sekarang kasus ini, sudah genap setahun, walau sudah ditetapkan tersangka, Ronaldo Laturette, tapi tidak kelihatan dia ditahan apalgi disidangkan. Kami sangat kecewa dengan kinerja aparat kepolisian,” jelas Verayanti dan Asip kepada awak media, Rabu (14/9/.2016).
Kini kasus ini ditangani Polres Jakarta Barat dengan no. LP / 1203 /IX / 2015 / PMJ/Restro Jak Bar. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). Berdasarkan hasil otopsi tanggal 14 April 2016 oleh dokter forensik RS. Bhayangkara TK. IR.Said Sukanto, memperkuat kematian Gaby karena tenggelam. Hasil pemeriksaan penyidik pun telah menetapkan Ronaldo Laturette sebagai tersangka, dan berkasnya sudah dilimpahkan Kepengadilan Negeri Jakarta Barat dengan pasal yang dikenakan pasal 359 KUHP.
“Apakah hukum sudah tidak berlaku lagi bagi orang kecil atau hukum bisa dimainkan oleh orang yang berduit,” tanya orang tua Gaby memelas. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 September 2015 jam.08.10 Wib, saat dimulai pelajaran renang. Sebanyak 15 murid SD kelas 3 berada di kolam renang ukuran 5m x 25m dengan kedalaman 160cm.
Saat itu hanya ada satu guru yang mengawasi, yakni Ronaldo Laturette, sebagai guru sepak bola merangkap guru renang, tanpa dibantu guru lain dan tanpa pengawas kolam renang. Sementara murid berada dalam kolam, guru Ronaldo Laturette tetap berada di atas. Di saat guru sedang absen murid untuk dites cara berenang, saat panggilan untuk Gaby, tidak ada respon, Gaby dilewatkan dan tes murid lain, sisi lain Gaby sudah mengambang.
Tindakan guru dinilai oleh orang tua korban sangat lalai, karena saat nama Gaby dipanggil dan tidak dapat respon, guru Ronaldo Laturette bukan berusaha mencari Gaby, malah absen dilewatkan untuk murid lain melanjutkan tes renang. Karena kelalaian Ronaldo Laturette guru sepak bola merangkap guru renang mengakibatkan Gaby meninggal dunia.
“Juga sangat tidak relevan, satu guru mengawasi 15 siswa, keten-tuan sekolah berlaku di sekolah itu, apalagi sekolah mengaku bertaraf internasional,” ujar orangtua korban. Standar kolam renang ukuran 5m x 25m kedalaman 160cm, se-benarnya dipergunakan untuk SMP, SMA. bukan untuk anak SD tapi dipaksakan oleh pihak sekolah. Ko-lam juga, katanya, tidak dilengkapi Lifeguard (petugas pengawas kolam renang) serta CCTV pemantau juga belum dipasang saat kejadian tenggelamnya Gaby.
Pihak sekolah Global Sevilla School dinilai kurang konsisten karena telah memberikan fakta palsu, jelas hasil outopsi menyatakan kematian karena tenggelam, tapi diisukan Gaby berpenyakit epilepsi. “Isu itu sangat menyakitkan kami karena sejak kecil hingga kelas 3 SD Gaby belum ada rekam medis berpenyakit Epilepsi. Kenapa ada kelompok yang tega sengaja menyebarkan isu.bahwa Gaby meninggal karena epilepsi,” protes orang tua Gaby.
Hingga kini, orang tua Gaby masih terus mencari keadilan. “Sudah genap setahun, saya harap tersangka dapat ditahan dan kasusnya disidangkan. Ini pelajaran bagi sekolah itu agar lebih berhati-hati,” katanya. (Redaksi)
Leave a Reply