Rahasia Sukses Ali Juragan Bakso Haurgelis

 

budayabangsabangsa.com, Indramayu–Senja perlahan mulai tenggelam, lampu jalan yang mengitari Alun-alun Haurgelis mulai menyala. Para pedagang kaki lima masih setia menjajakkan barang dagangannya di pinggir lapangan yang diiringi suara azan magrib yang mulai berkumandang di salah satu Masjid di sisi barat alun-alun. Ali (48) nampak bergegas masuk ke masjid mengiringi puluhan jamaah lainnya. Usai salat, Ali menghampiri kami, kemudian bersama-sama duduk di atas belahan kayu yang ada di pinggir lapangan tidak jauh dari masjid. “Saya minus (utang) sampai diangka dua ratus juta,” Ali membuka obrolan sembari matanya menerawang jauh seolah-olah berusaha mengingat kisah hidupnya yang penuh perjuangan selaku penjual rujak keliling.
Sebelumnya, Ali memiliki usaha sembako yang mulai dirintisnya sejak tahun 2010 hasil bantuan seorang pemodal dari Jakarta. Awal mula usahanya berjalan normal dengan pendapatan lumayan setiap hari. Namun tidak bertahan lama, usahanya bangkrut, gara-gara pengalaman usaha yang masih minim. Banyak salesnya yang tidak membayar sembako yang sudah diambilnya. Dia mengalami kerugian hingga 200 juta sampai dikejar-kejar penagih utang. Ali stress dan sempat terserang darah tinggi, akibatnya kehidupan ekonomi Ali memasuki titik nadir.
Dalam keadaaan bingung, ketika ia bermain ke rumah teman, Ali secara tidak sengaja menonton tayangan bencana tsunami Aceh di sebuah laptop milik temannya. Dari sini, Ali seolah mendapat spirit dan inspirasi. Jika Allah mau apapun yang ada pada kita akan lenyap, bagiNya itu mudah, begitu juga jika Allah berkenan menolong Hambanya, maka itu sangat mudah bagiNya, pikir Ali.
Diambang keputusasaan, Pelan-pelan Ali bangkit dari keterpurukan, ia kemudian memutuskan kembali berwirausaha dengan berjualan rujak  kelililing dari rumah ke rumah, toko ke toko menyusuri jalan. Penghasilan yang didapat dari usaha sekitar 50-60 ribu perhari. Merasa tidak mencukupi untuk menghidupi keluarganya, Ali yang sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah Pesantren di daerah Gantar, Mekarjaya pada akhirnya banting stir mencoba peruntungan baru yakni berjualan es cappucino cincau.
Ternyata diluar dugaannya, usaha Es cappucino cincaunya laris dan banyak diminati anak-anak terutama anak-anak sekolah. Sedikit demi sedikit, Keuntungan yang diperolehnya dikumpulakn untuk menambah barang dagangan lainnya yakni berjualan bakso. Usaha Es cincau plus bakso di toko yang berada di kelurahan Sukahati, Sukajati, Haurgelis menjadi titik balik bagi kehidupan Ali dan keluarganya.
Ekonominya berangsur membaik, Ali bisa melunasi seluruh Utangnya yang mencapai ratusan juta rupiah. Bagai bola salju, usahanya semakin membesar dengan lima cabang yang tersebar di wilayah Haurgelis. Dari situ, Ali mengaku telah memiliki omset hingga milyaran rupiah jika dihitung sejak mula Dirinya membangun usaha es cappucino dan bakso. Sekarang, Ali bisa bernafas lega, kehidupan ekonominya sudah membaik jauh berbeda dibanding lima atau enam tahun yang lalu. Mobil, tanah dan rumah telah ia peroleh, penghasilan hingga puluhan juta rupiah sebulan. Meski begitu, Ia tidak lupa diri. Ali sering membantu orang-orang yang ingin membangun usaha es cincau dan bakso. Memfasilitasi bahkan memberinya modal dan pendampingan.

“Ujian itu hanya satu semester, pasti ada kenaikan kelas jika kita lulus,” ucap Ali. Ia juga memberi nasihat untuk tidak mudah putus asa, terus yakin kepada Allah, berusaha keras dan tidak lupa terus mendekatkan diri kepada Allah.
“Pertama, mendekatkan diri kepada sang pencipta, dan kita harus mempunyai keyakinan bahwa yang namanya hidup itu kaya miskin itu sama saja tinggal bagaimana menyikapinya, jika kita mau kaya sebenarnya tidak susah karena sudah disiapkan tinggal teknis mengambilnya,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Ali Mahfudz
Ali Mahfudz Bersiap mengantar pesanan Bakso(foto/ht)

Sebagai pegangan hidup, Ali membuka rahasia doanya yang selama ini dipraktikkan yaitu doa selamat dan rejeki “Allahumma inna nas’aluka salamatan fiddin, wa’afiyatan fil jasadi, waziyadatan fil ilmi, wabarokatan fir rizki, watawbatan qablal mawt, warahmatan indal mawt, wamaghfiratan ba’dal mawt. Allahumma hawwin ‘alayna fi sakaratil mawt, wa najata minannari, wa afwa indal hisab”

: “Ya Allah ya Tuhan kami, kami mohon keselamatan agama, kesehatan jasmani, bertambahnya ilmu dan berkah rizki, dapat bertaubat sebelum mati, mendapat rahmat ketika mati, dan memperoleh ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami dari gelombang sakaratul maut. Bebaskanlah kami dari azab nerakaMu dan memperoleh ampunan ketika kami dihisab”

ini, Impian dan harapan Ali berikutnya adalah ingin menyelesaikan pendidikan S1 nya di Institut Agama Islam Al Zaytun (IAI Al Azis) tahun ini. Meski usianya tidak mudah lagi, Ali terus bersemangat menimbah ilmu sampai ke jenjang yang lebih tinggi, S1, S2 dan S3.

“Menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat, ilmu tidak ada batasan (umur), juga ingin memberi motivasi kepada generasi bukan hanya dari gen kita (anak biologis) tapi siapa saja (anak didik),”ucap Ali menutup perbincangan malam itu. (ht)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*