Budayabangsabangsa.com – Jakarta, Kamis.
Perguruan Tinggi Sekolah Kepolisian ( PTIK ) menggelar internasional Seminar Doktoral Program Of Since College Best Protikces On Hondling Terorisme, Yang di antara nya dihadiri oleh Prof Rohan Gunaratna, M.A., Ph.D. Prof. H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D. Brigjen. General (Ret.) Russell Howard, Angel Darmayanti, S.Ip.,M.Si.,Sc.,Ph.D. Valerina Daniel, S.Sos., M.A. Yang bertempat di auditorium PTIK, Jl Tirtayasa Raya No 6 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Aksi Terorisme merupakan fenomena sosial dalam satu periode terakhir ini. Aksi dari terorisme juga mengalami peningkatan; baik di tingkat nasional, regional maupun global. Ekskalasi dampak desktruktif yang ditimbulkan telah atau lebih banyak menyentuh multidimensi kehidupan manusia. Masyarakat internasional sepakat bahwa aksi teror merupakan bentuk nyata dari pelecehan nilai-nilai kemanusiaan, martabat bangsa, dan norma-norma agama. Indonesia mengalami teror bom yang melanda di berbagai daerah.
Kasus bom Bali 12 Oktober 2002, menyisakan histori yang tidak terlupakan. Secara berkelanjutan dapat digambarkan selama dua tahun terakhir, Bom Thamrin (14 Januari 2016), Bom Mapolresta Surakarta, teror Gereja Santo Yosef Medan, Bom gereja Oikumene Samarinda, Bom Majalengka, rencana Bom Istana Negara, Bom Tangerang, Rencana penyerangan Pos Polisi Senen, penembakan terhadap 2 anggota polri di Tuban, Bom Panci Bandung, Bom Kampung Melayu, Penikaman Anggota Polri di Mako Polda Sumut, penikaman terhadap 2 personel Brimob di Masjid Faletehan Jaksel, penyerangan Mapolres Dharmasraya Sumatera Barat.
Berbagai kejadian teror yang terjadi menunjukkan bahwa: Pertama, teror dapat terjadi dan muncul dimana saja, seperti Indonesia, Philipina, Thailand, Afganistan, Pakistan, Arab Saudi, Turki, Inggris dan Amerika Serikat. Hal ini memperlihatkan bahwa terorisme merupakan kejahatan global (global crimes).
Kedua, dari pengungkapan aksi teror di Indonesia, pelaku adalah warga negara Indonesia dan telah menjadi bagian dari pelaku terorisme global. Kondisi ini menggambarkan akar-akar terorisme berkembang dalam kebudayaan masyarakat Indonesia.
Ketiga, selama kurun lima tahun terakhir, nilainilai sosial masyarakat Indonesia “kegotongroyongan” telah kehilangan “roh” nya sehingga akar sosial “sosial capital” masyarakat dalam membangun keamanan menjadi pudar. Dampak dan implikasi teror tersebut sangat luas dan mendalam, mulai dari keamanan, kemanusiaan hingga politik dan perekonomian. Tanpa kompetensi yang memadai serta langkah antisipasi yang tepat, kerugian baik fisik, materiil dan sosial dari rangkaian teror tersebut sangat besar nilainya untuk ditebus oleh bangsa kita.
Oleh karena itu, Polri dalam menangani ancaman teror melakukan upaya-upaya sebagai berikut, Langkah Pre-emtif Identifikasi karakteristik kerawanan wilayah sebagai infrastruktur penanggulangan kriminalitas di dalam sistem database yang terintegrasi dan real time.
Langkah Preventif melakukan Strategi Community Policing, dengan melibatkan segenap potensi masyarakat serta sumber informasi dalam sistem deteksi dini dengan melibatkan masyarakat secara pro-aktif bersama dengan jajaran nya.
Irjen. Pol. Dr. Drs. Petrus Reinhard Golose, M.M. Kapolda Bali (Chief of Police of Bali Province) dalam sambutan nya mengatakan, “The Soft Approach Strategy In Coping With Islamist Terrorism In Indonesia”, dalam menanggapi meningkatnya radikalisme, Indonesia telah mencoba untuk melakukan tindakan yang berhasil dengan dua pendekatan; penegakan hukum, dan soft approach. Teroris yang telah ditangkap tidak menyebabkan deradikalisme namun lebih banyak kontra ideologi tentang nilai jihad. Kontra ideologi konflik ideal diri yang akan membentuk pola pikir seseorang terhadap seseorang. Akhirnya pola pikir akan menjadi kontrol untuk fungsi yang akan permanen dan melibatkan semua fungsi kognitif, atektif dan tingkah lakunya ungkapnya.
Brigadier General (Ret.) Russell D. Howard The Inaugural Director of the Combating Terrorism Center, USA Topik : “Special Operation Against Terrorism“ Bagaimana operasi yang dilakukan oleh Amerika dalam menghadapi isu terorisme, upaya-upaya operasi khusus yang dilakukan selama ini akan menjadi pembahasan, termasuk karakteristik organisasi, demografi, dan misi yang dijalankan.
( Sastra. S & Sutarno )
Leave a Reply