Pesta demokrasi telah berlangsung 17 April lalu, masyarakat Indonesia sangat antusias berkontribusi dalam pesta demokrasi lima tahunan sekali, walau agak berbeda dengan pelaksaan dari sistem sebelumnya. Banyak hal-hal atau temuan-temuan di lapangan yang berkaitan dengan pencoblosan di masing-masing TPS.
Dari hasil wawancara dengan Ibu Nunung sebagai panitia di TPS 058 Kel. Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, banyak sekali kendala baik dari segi masalah kertas suara, cara membuka kertas suara dan bahkan untuk memilih siapa yang hendak dipilihnya, terutama para lansia. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya kertas suara yang harus di coblos, memang betul, untuk pemilu saat ini berbeda dengan sebelumnya, yang mana pemilihan Presiden/Wakil Presiden dan juga untuk pemilihan Calon Legislatif diserentakkan dalam satu paket. Ini merupakan kali yang pertama di Indonesia.
Sementara dari kehadiran peserta pemilu menunjukkan jumlah yang datang dengan data Daftar Pemilih Tetap/DPT dari 270 dan yang memilih antara 255 orang bahkan cenderung tidak jauh selisihnya, sekira 80% dari setiap TPS-TPS yang ada. Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat masih cukup tinggi terhadap nasib masa depan Bangsa dan Negara, khususnya untuk pimpinan RI satu, walaupun ada sedikit gesekan atau salah persepsi terhadap pada para Calon Pemimpin yang hendak dipilihnya.
Ditinjau dari biaya pemilu 2019, pemerintah akan lebih kecil dan lebih hemat menggelontorkan dana yang akan dikucurkan, karena yang seharusnya dua kali pemilu, ini cukup hanya satu kali saja pelaksanaannya secara serentak di seluruh Indonesia. Demikian pula dari hal waktu selama pelaksanaan pemilu akan lebih memakan waktu lama, tentunya yang sebelumnya hanya 4 kertas suara, saat ini menjadi 5 kertas suara, dan ternyata benar dari hasil survei penghitungan di setiap TPS yang ada, ternyata cukup melelahkan dan bahkan ada yang baru selesai penghitungan suara pada pukul 02 dini hari. Ini adalah salah satu dampak dari pemilu di tahun ini. (Madsuri)
Leave a Reply