Budayabangsabangsa.com – Indramayu, Syaykh Al-Zaytun, Dr. AS. Panji Gumilang, selalu berpesan kepada karyawan yang menanam dan merawat pohon apapun, juga kepada karyawan yang merawat ternak apapun di Al-Zaytun untuk mengajak bicara kepada tanaman mahupun binatang ternak itu.
“Ajak mereka bicara, kalau kamu menanam pepaya, tanam sambil ajak bicara. Tumbuh yang sehat ya, nanti berbuah yang banyak. Demikian pula dengan hewan peliharaan kita. Ajak bicara, mereka akan sangat senang diajak berbicara. Mereka juga makhluk hidup”, demikan yang diajarkan Syaykh Al-Zaytun.
Dan pada saat kehadiran tamu Bpk. Muda Sus Pantja, produsen peralatan potong ayam dari Semarang pada tgl 17 Des 2016 ke Al-Zaytun, ada sebuah pemandangan yang sangat menyentuh jiwa kemanusiaan saya (penulis) yang sangat beruntung mendapatkan moment langka ini.
Ditengah asyik berbincang, Syaykh Al-Zaytun yang didampingi oleh Ustadz Abdul Halim, dengan Pak Sus yang dihantar oleh Bpk. Rudi Setiadi, tiba-tiba datang menghampiri seekor kambing jantan PE (Peranakan Etawa) milik Al-Zaytun yang memang kandangnya berada disekitar lokasi dimana Syaykh Al-Zaytun dan para tamu sedang berdiri berbincang.
Seolah ingin menyapa para tamu dan mengucapkan selamat datang ke Al-Zaytun tempat yang menjunjung tinggi toleransi dan perdamaian, kambing jantan ini tanpa canggung mendekati satu per satu, termasuk Syaykh Al-Zaytun dan tetamu beliau.
Dan Syaykh Al-Zaytun pun menyapa kambing jantan itu dengan bahasa Jawa: “Ono opo le?” – Ada apa nak? (Thole/ Le adalah panggilan untuk anak lelaki dalam bhs Jawa). Kemudian sambil memegang janggut kambing itu, Syaykh Al-Zaytun berkata: “Nggantheng kowe le…” – Ganteng/ Cakep kamu nak….
Subhanallah, yang demikian itu hanya akan terjadi pada diri manusia yang telah wujud dalam dirinya “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Sementara di banyak tempat, kambing jantan PE yang cukup besar itu biasanya akan bersikap “galak” kepada manusia selain yang biasa memberinya makan.
Namun tidak demikian dengan kambing Al-Zaytun, kambing yang hidup dan besar di pusat pendidikan, maka dirinyapun sangat familiar dengan para pendidiknya dan menghormati tamu pendidiknya.
Inilah ayat Allah yang nyata, bukankah Nabi Sulaiman juga mengajarkan kepada kita untuk berbicara kepada hewan?
(Abdurohim)
Leave a Reply